Didukung PT. Kimia Farma Tbk Penerima Beasiswa Karya Salemba Empat UNAIR & ITS Wujudkan Community Development di Keputih, Surabaya

 

SURABAYA – Kondisi Surabaya sebagai daerah perkotaan dengan pemukiman yang padat penduduk membuat ketersediaan lahan hijau semakin berkurang. Berangkat dari fenomena tersebut, mahasiswa penerima beasiswa PT Kimia Farma Tbk dalam lingkup Paguyuban penerima beasiswa Karya Salemba Empat dari Universitas Airlangga dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember tergerak menggagas program urban farming. Program community development dengan tajuk UFO TALK (Urban Farming for Education Talk) ini dilaksanakan di daerah Kampung Pemulung, Keputih, Surabaya. Dalam realisasinya, program UFO TALK mendapatkan dukungan penuh dari PT Kimia Farma Tbk selaku donatur Yayasan Karya salemba Empat.  Mengusung tiga sub program di bidang pertanian, perikanan dan pendidikan, UFO TALK hadir sebagai wujud kepedulian mahasiswa terhadap masyarakat di daerah urban.

Kimia Farma Foto.jpg

Urban farming dengan konsep hidroponik yang ditawarkan sontak mendapatkan sambutan positif dari Pengurus Kelurahan Keputih. Dukungan yang diberikan tidak tanggung-tanggung. Pihak Kelurahan Keputih memberikan izin penggunaan halaman kelurahan sebagai tempat bertani. Respon positif juga hadir dari masyarakat yang dikenai program. Dari Sunandar selaku pelatih hidroponik, anggota poktan memperoleh ilmu persemaian, perawatan tanaman hingga membentuk kelompok tani urban farming “Keputih Bersemi. Kelompok tani tersebut diketuai oleh Mokhammad Ikhsan. Ikhsan telah mendaftarkan poktan ini di Kelurahan Keputih sehingga poktan yang akan ia pimpin dalam satu periode (dua tahun) ke depan telah mengantongi Surat Keputusan (SK) resmi.

Selama kurun waktu 3 bulan ke belakang, minat masyarakat terhadap hidroponik semakin meningkat terbukti dari jumlah anggota poktan yang mulanya 21 orang kini telah bertambah menjadi 28 orang. Antusiasme juga terlihat dari keaktifan anggota menjalankan piket yang telah dijadwalkan. Melihat animo yang tinggi dari masyarakat, display hidroponik yang mulanya 3 rangka dengan jumlah 450 lubang akan ditambah menjadi 1.000 lubang pada bulan Maret ini. Poktan ini cukup aktif mendiskusikan perkembangan tanaman hidroponik, berkoordinasi dan mencari pemecahan masalah yang dihadapi melalui group WhatsApp. Beswan KSE UNAIR dan ITS dalam hal ini berperan sebagai pendamping dan penghubung antara warga dengan Yayasan KSE.

Secara bertahap, usaha poktan ini telah membuahkan hasil. Terhitung ada empat kali pembibitan dan pemanenan. Satu kali pembibitan membutuhkan waktu sekitar dua minggu sebelum dipindahkan ke media tanam. Proses panen dapat dilakukan setelah tanaman berusia kurang lebih 1,5 bulan namun bergantung pada jenis sayur dan pertumbuhannya. Ikhsan menghimbau anggota poktan yang piket untuk memperhatikan kondisi listrik, air dan membuang hama (baca: ulat hijau) agar kualitas sayur terjaga dengan baik. Hingga saat ini hasil panen dijual pada anggota poktan, warga di perumahan sekitar dan pengurus kelurahan dengan harga terjangkau sesuai kemampuan ekonomi masyarakat. Ke depan, pemasaran akan diperluas hingga ke daerah lain dan pusat perbelanjaan.

Ufo Talk Surabaya Kimia Farma.jpg

 

Total  pendapatan yang diperoleh masyarakat dalam empat kali panen sekitar satu juta rupiah. Meskipun belum terlalu besar, namun dari hasil tersebut masyarakat mulai mandiri dengan dalam memenuhi kebutuhan penanaman ulang dan perawatan. Anggota poktan dan masyarkat di Keputih mengaku telah merasakan manfaat adanya program urban farming ini. “Alhamdulillah seneng bisa merasakan sayur hidroponik yang ditanam sendiri” ungkap salah satu anggota poktan. Lurah Keputih saat ditemui di kantornya juga mengungkapkan bahwa ia senang dengan adanya program yang membuat warganya memiliki kegiatan positif yang bermanfaat. Masih di lokasi yang sama, terdapat kolam ikan yang saat ini terisi kurang lebih 150 ekor ikan nila. Pengurus hidroponik juga berperan aktif dalam budidaya ikan ini. Per bulan Maret ini, akan ditambahkan satu kolam dengan kapasitas 300 ekor ikan gurame. Diharapkan kegiatan urban farming dan budidaya ikan ini mampu menjaga konsumsi ketahanan pangan dari masyarakat serta memberikan dampak positif dari segi perekonomian.

Program UFO TALK tidak hanya berfokus pada urban farming, tetapi juga pada bidang pendidikan. Kegiatan yang tak kalah serunya adalah sanggar belajar bernama “Sanggar Belajar Edukatif” yang difokuskan kepada anak-anak di kampung Pemulung Keputih. Sejak dimulai pada bulan November 2020, antusiasme dari anak-anak di kampung Pemulung Keputih sangat baik. Kegiatan ini diharapkan membuat anak-anak tetap mendapatkan pendidikan mengingat beberapa anak juga bekerja dengan membantu orang tuanya mencari barang bekas. Beswan KSE UNAIR dan ITS juga mengadakan kegiatan yang mengasah kreativitas dan menyenangkan seperti membuat kalung, gelang dan mobil-mobilan dari botol bekas.  Mufidah, salah satu pengajar menjelaskan bahwa kegiatan sanggar belajar dilakukan pada hari Senin dan Rabu setelah sholat maghrib. Semangat yang tinggi terlihat  dari anak-anak yang selalu meminta pembelajaran segera dimulai. “Anak-anak disana antusias banget belajar sesuatu yang baru” ungkap Mufidah.

Laskar sanggar belajar edukatif terdiri dari 13 anak dengan 2 anak masih berumur sekitar 4-5 tahun dan 11 anak berada pada kelas 1-6 sekolah dasar. Setiap Senin dan Rabu, mereka saling mengingatkan satu sama lain. Jika ada salah satu temannya tidak terlihat pada kegiatan sanggar belajar. Mereka akan meminta izin untuk memanggil temannya tersebut. Pengajar disini sangat merasakan bagaimana para laskar sanggar belajar ini membangun keluarga diantara mereka. Kegiatan yang dilakukan memang membutuhkan perjuangan yang besar karena layaknya anak kecil lain yang sering aktif melakukan sesuatu yang mereka inginkan. Namun, keingintahuan mereka akan ilmu agama dan ilmu pengetahuan sangat besar. Tak jarang mereka meminta diceritakan sebuah kisah atau bertanya terkait matematika, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Sebagai mahasiswa yang memahami Tri Dharma Perguruan Tinggi, beswan KSE UNAIR dan ITS menyadari bahwa hidup ini bukan hanya persoalan apa yang kita dapatkan. Lebih dari itu, hidup ini perihal apa yang telah kami berikan kepada orang lain. Dari para kader hidroponik dan para laskar sanggar belajar di Keputih ini mahasiswa UNAIR dan ITS mengaku telah belajar berbagai hal yang hanya bisa didapatkan ketika mereka terjun ke masyarakat. Pengalaman tersebut dapat dirasakan berkat dukungan penuh dari Yayasan Karya salemba Empat dan PT Kimia Farma Tbk  

​​​​​​​


Related Posts