Pada hari Jumat, 28 Februari 2025, telah berlangsung KSE Entrepreneur Academy Batch 9 Kick-Off Webinar yang diselenggarakan secara daring melalui Zoom Meeting pada pukul 13.30 - 16.00 WIB. Kegiatan ini diikuti oleh 225 peserta mahasiswa penerima beasiswa KSE dan menghadirkan dua pemateri utama, yaitu Bapak Cahyana Puthut W. selaku Professional Trainer & Entrepreneur, yang membawakan materi tentang dasar-dasar kewirausahaan, serta Ibu Wiwid Syahdiyah S. selaku Ketua Paguyuban Alumni KSE & Entrepreneur, yang membahas perbedaan antara sales dan marketing. Acara diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia dan Mars KSE, dilanjutkan dengan pemaparan materi dari kedua pemateri, sesi diskusi interaktif, serta sesi dokumentasi.
Materi pertama dibawakan oleh Pak Phutut dengan bertanya: “Mengapa banyak orang ingin menjadi pebisnis?” Pertanyaan berhasil ini memantik diskusi dengan peserta. Banyak yang beranggapan bahwa pebisnis menjadi profesi yang digemari karena memberikan kebebasan finansial alias mandiri, pekerjaan fleksibel dan lain sebagainya. Pak Phutut membenarkan jawaban tersebut dan menekankan bahwa menjadi seorang entrepreneur berarti menjadi mandiri dan mampu melihat kesulitan sebagai peluang. Beliau juga membagikan beberapa hal utama yang harus dimiliki seorang pebisnis, yaitu kompetensi sebagai unique value, pola pikir fleksibel agar dapat beradaptasi, skill berupa hard skill dan soft skill, serta integritas sebagai dasar kejujuran dalam berbisnis.
Beberapa penghalang kemajuan pebisnis yang diidentifikasi meliputi rasa takut, asumsi keliru, malas, tujuan yang tidak realistis, terlalu mengandalkan orang lain, serta terlalu banyak bertanya tanpa eksekusi. Pak Puthut juga mengingatkan bahwa bisnis tidak selalu harus dimulai dengan membuat produk sendiri, tetapi bisa dengan menjual produk yang sudah ada. Mentalitas yang harus dimiliki seorang pebisnis mencakup faith (keyakinan), friends (relasi dan kolaborasi), fight (kegigihan), dan fun (menikmati proses). Keberhasilan dalam bisnis ditentukan oleh beberapa faktor utama, seperti quality & product untuk memastikan kualitas terbaik, marketing strategy & digital communication agar strategi pemasaran lebih efektif, serta excellent team untuk meningkatkan efisiensi dan keberhasilan bisnis.
Pada sesi tanya jawab terdapat beberapa pertanyaan yang disampaikan peserta. Salah satunya pertanyaan unik dari Mahasiswa Universitas Negeri Lampung (Unila) yakni: “Bagaimana cara menemukan titik tengah dalam menjual produk berkualitas dengan daya beli yang rendah?”. Pak Puthut menjawab bahwa fokus harus diberikan pada keunikan produk serta keyakinan dalam menjualnya. Kolaborasi dengan bisnis lain juga bisa menjadi solusi, seperti menambahkan layanan tambahan pada produk, misalnya membuat kedai kopi bersebelahan dengan bengkel motor.
Pada sesi materi kedua, Bu Wiwid menjelaskan bahwa marketing berfokus pada membangun branding dan kesadaran pelanggan terhadap produk, sedangkan sales bertujuan mengonversi calon pelanggan (leads) menjadi pengguna produk. Ada tiga pilar utama dalam market insight, yaitu customer insight untuk memahami kebutuhan pelanggan, product insight untuk menganalisis keunggulan dan kelemahan produk, serta competitor insight agar dapat membedakan produk dari pesaing.
Salah satu konsep penting yang dibahas adalah rejection as redirection, di mana penolakan dalam bisnis bisa menjadi peluang baru jika disikapi dengan bijak. Ketika ditanya apakah lebih baik menjadi profesional terlebih dahulu sebelum terjun ke dunia bisnis, Ibu Wiwid menegaskan bahwa modal terbesar adalah nama baik dan kepercayaan. Seseorang bisa memulai sebagai profesional untuk mengumpulkan modal sebelum benar-benar terjun ke bisnis. Untuk menjaga produk tetap relevan di pasar, beliau menyarankan untuk memahami siklus hidup produk (product life cycle), karena tren bisnis selalu mengalami naik turun, sehingga inovasi dan adaptasi sangat penting.